Interpret the life through Koyaanisqatsi (1982)

Sweetest Ache
9 min readMay 19, 2021

--

Koyaanisqatsi, yang juga terkenal dengan sebutan Koyaanisqatsi (Life Out of Balance) merupakan sebuah film experimental Amerika tahun 1982 garapan Godfrey Reggio. Film experimental ini mendapatkan rating sebesar 8.3/10 melalui IMDb dan mendapatkan reviews 90% di Rotten Tomatoes.

Koyaanisqatsi adalah meditasi visual tentang bagaimana teknologi mendatangkan malapetaka di dunia yang kita tinggali. Di dunia yang sebagian besar terdiri dari potret, ruang waktu, dan rekaman gerakan lambat dari berbagai orang dan lanskap di seluruh Amerika Serikat, direkatkan oleh soundtrack yang memukau oleh Philip Glass. Perubahan iklim tidak pernah diperjelas secara eksplisit dalam film tersebut. Meskipun demikian, film dokumenter ini dapat menjadi titik awal yang menginspirasi untuk merefleksikan pemanasan global dan hubungan antara umat manusia dan alam pada umumnya.

Masuk kepada awal film kita seperti diperlihatkan bahwa bumi memiliki pemandangan yang sangat bagus dan indah, seperti adanya sungai , bebatuan, bukit, hingga padang gurun, kita seperti dibawa mengelilingi tempat-tempat yang mungkin kita bisa lihat pada gambar di google *loh?* iya google dulu, jalan-jalan beneran nya nanti ya, lagi corona.

selama film berjalan, soundtrack yang mengiringi film pun seakan membawa kita dalam suasana tersebut, soundtrack film ini di isi oleh seorang masterpiece yaitu Philip Glass. Philip Glass adalah seorang komposer dan pianis Amerika ia lahir pada tanggal 31 Januari 1937. Ia secara luas dianggap sebagai salah satu komposer paling berpengaruh di akhir abad ke-20. Karya Glass banyak dikaitkan dengan minimalis, seperti La Monte Young, Steve Reich dan Terry Riley. Glass juga mendeskripsikan dirinya sebagai komposer “Musik dengan struktur berulang”, yang telah ia bantu kembangkan dengan gaya. Membahas Philip Glass gue suka banget sama instrument nya yang berjudul Orphee Suite — 6. Orphee’s Return, instrument itu masuk juga kedalam salah satu playlist gue nih!

Film ini berjalan dengan alur cepat dan lambat, kita dibawa menukik bebas dengan segala arah nya, Koyaanisqatsi heterodox methods (including hypnotic time-lapse photography) membuat kita melihat dunia dari sudut yang benar-benar unik. Meskipun sebagian besar dokumenter tersebut terlihat secara eksplisit. Godfrey Reggio tidak mencoba meyakinkan kita tentang apa pun. Ya, “Koyaanisqatsi” berarti “Kehidupan yang tidak Seimbang” dalam bahasa Hopi dan itu adalah petunjuk tentang cara menafsirkan film tersebut, tetapi sebenarnya, Reggio ingin meninggalkan karyanya tanpa judul.

membahas masalah bahasa Hopi, kira-kira apakah bahasa Hopi? buat kalian mungkin yang belum tahu menahu tentang bahasa Hopi, Hopi (Hopi: Hopílavayi ) adalah bahasa Uto-Aztecan yang digunakan oleh orang Hopi ( kelompok Puebloan ) di timur laut Arizona , Amerika Serikat. Lebih lengkapnya kalian bisa menelusuri bahasa Hopi melalu pencarian google ya!

Dengan cinematic yang begitu apik, Koyaanisqatsi menunjukkan kepada kita bahwa hubungan antara manusia, teknologi, dan alam adalah masalah yang kompleks dan multidimensi, bahwa tidak ada narasi sederhana yang mengedepankan “Teknologi yang buruk dan Mencemari” versus “Alam yang baik” yang dapat membuat semua nya terasa adil.

film memang memperlihatkan banyak sudut dari berbagai masalah, film ini pun menurut gue bisa dijadikan melalui banyak interpretasi kepada siapapun yang menonton nya, alias bebas untuk kita maknai tergantung bagaimana kita melihatnya dan tergantung kita bertanya tentang film ini kepada siapa. Film yang berdurasi 1 jam 26 menit ini ngebuat gue cukup amazed sama kehidupan disekeliling kita, karena di film ini menunjukan ketidakseimbangan dari berbagai banyak hal. Mulai dari bencana alam, kemiskinan, teknologi yang berkembang, wanita penghibur, orang-orang yang kelaparan versus orang-orang yang hidupnya lebih baik. Tentang film dokumenternya, Godfrey Reggio juga mengatakan bahwa “Bagi sebagian orang, ini adalah film lingkungan. Bagi sebagian orang, ini adalah sanjungan terhadap iklim dan teknologi. Itu tergantung pada siapa Anda bertanya.”

selama film berjalan semua gambar serta video terasa begitu cepat dan lambat, begitu cepat dan lambat sehingga kita bisa merasakan atmosfir yang terjadi melalui lagu serta film tersebut, dari mulai scene taruhan hingga KFC dan menghantarkan kita kepada pekerja sosial kala itu

Di satu sisi, mereka adalah contoh dari kehidupan “di luar kendali” tetapi di sisi lain, mereka mencontohkan kemampuan manusia untuk mengatasi tantangan yang luar biasa. Semua gambar yang diambil dalam dokumenter itu buat gue indah banget dari awal sampai akhir semua nya terkesan bagus dan menarik. Kalau dari apa yang gue ambil, karena film ini bener-bener smooth banget bawa kita naik turun sama alur nya, gue jadi bisa ngelihat betapa tumpang tindih nya kita akan kenyataan atau realita yang terjadi di dunia ini. Bagaimana manusia berdampingan terhadap teknologi seperti halnya pembuatan mobil, microsoft, komputer, serta tempat bermain games jaman dulu.

Dan betapa mirisnya bahwa manusia pun juga berdampingan dengan bencana alam yang bisa datang kapan saja kepada bumi kita.

gedung pusat komputer dan perangkat keras Micorosoft
Pacman and Bowling

Masuk kepada scene selanjutnya bidikan dari jalan tol adalah pengambilan gambar yang menarik. Dan buat gue yang paling menarik dari scene tersebut adalah bidikan jalan tol nya itu quite amazing! tepuk tangan kepada Ron Fricke the cameraman. Mirip film-film scene ala future retro jadul gitu! Pada satu atau titik lainnya saat menonton film ini, beberapa dari kalian pasti akan mengingatkan sesuatu mulai dari “Modern Times” sampai ke “Old Times” Namun lebih dari itu film ini mengingatkan gue bahwa teknologi versus alam adalah hal yang kompleks dan rumit.

Papan Sony jaman dahulu

scene semakin dipercepat melaju dengan lantunan musik yang mengiringi pun juga semakin cepat, semakin diperjelas bahwa manusia cepat sekali beradaptasi dengan teknologi di sekitarnya. Munculnya jet-jet yang membawa manusia ke bulan dan semakin banyak hal-hal baru yang berdatangan setiap hari nya, populasi manusia yang berkembang dengan cepat dan disisi lain bencana alam pun terus hadir seakan-akan mengingatkan kita bahwa teknologi bisa menghancurkan alam itu sendiri. Kalian juga nggak usah terlalu khawatir akan makna atau idea dari film ini tersendiri. Cukup dinikmati tentang pemandangan, gerakan lambat dari banyaknya gambar, bidikan panjang halusinasi, benda-benda yang pernah kalian lihat sebelumnya, semuanya terlihat secara liar dan kasar serta bergerak secara emosional.

dari lampu-lampu kota yang mengiringi mobil, pemandangan orang-orang yang sedang melintasi bahu jalan, bencana alam, kemalangan terhadap orang miskin dan begitu juga dengan urutan dimana bangunan-bangunan besar yang begitu indah dihancurkan sehingga semua makna terkuras dari potongan gambar-gambar tersebut. Makin terasa begitu nyata.

Ketika gambar-gambar yang dipercepat menjadi semakin begitu abstrak, para penumpang yang berkumpul untuk menaiki deretan eskalator tampak seperti air terjun yang mengalir. Rekaman mobil yang melaju begitu cepat seakan-akan menyerupai darah yang mengalir.

cr/imdb.com

Jadi, meskipun banyak kerugian yang terjadi disekitar kita akan teknologi yang cepat berdatangan, film ini tidak bisa juga mencerminkan kehidupan lingkup luas manusia dan ambisi manusia yang menakjubkan, karena bagaimana pun banyak serta kemungkinan luar biasa yang ditawarkan oleh teknologi. Menurut Reggio pun bukan bahwa teknologi adalah musuh.

Bahayanya terletak pada bagaimana kita menggunakan nya atau bagaimana teknologi menggunakan kita.

Di bingkai terakhir menuju film, scene lebih didominasi oleh mesin perdagangan, dari kabel telepon dan kendaraan hingga mesin pabrik dan iklan raksasa yang menyala. Orang-orang digiring ke satu arah demi satu arah sebagai pekerja sehari-hari mengemas Twinkies (Kue cemilan asal Amerika) dan Hot Dog. Salah satu scene menariknya adalah adegan budaya konsumen, bagian yang ditetapkan di jalur rakitan pabrik. Karena film begitu dipercepat pekerja otomotif yang tampak kesana kemari seperti mengarahkan kita ke suatu pandangan dimana tidak hanya roda yang menjadi penggerak mesin, tetapi juga untuk menjadi mesin dan membentuk lingkungan kita, kita juga harus mengakomodasi lingkungan perdagangan dan mengorbankan waktu serta kemanusiaan kita.

Koyaaniqatsi pun sebenernya terbagi menjadi trilogy bernama Qatsi Trilogy yaitu :

  1. Koyaanisqatsi: Hidup tidak Seimbang
  2. Powaqqatsi: Hidup dalam Transformasi
  3. Naqoyqatsi: Hidup sebagai Perang

Pada akhiran nya Koyaanisqatsi memang agak sulit untuk gue ringkas karena hanya ada beberapa film yang seperti itu. Intinya ini adalah potret kehidupan modern yang diceritakan melalui serangkaian gambar mulai dari hamparan alam yang sunyi hingga angin yang berisikan aktivitas manusia serta peringatan akan manusia. Secara visual yang membuat semua ini seakan menyatu adalah iringan suara musiknya menggabungkan synth looping dengan nyanyian-nyanyian vokal serta lagu dan ramalan Hopi. Stanley Kubrick pun percaya bahwa film yang ideal akan lebih menyerupai musik daripada narasi visual sehingga dirancang untuk menyajikan suasana hati dan emosi untuk diproses penonton di tingkat bawah sadar *mungkin karena itu juga film-film nya Stanley Kubrick mainin musik terus ya ?!?!*

Penerapan yang dilakukan oleh Reggio menunjukan bahwa umat manusia mungkin berada pada jalur tabrakan yang tak terhentikan dengan kepunahan, membuat alur yang cepat tanpa henti dalam kehidupan sehari-hari. Bagian yang paling menghipnotis pun musik Glass mengiringi dengan lebih keras dan lebih cepat, siang dan malam berlalu dalam sekejap dan perbedaan antara layar di Tv dan gambar kehidupan nyata dari dunia luar menjadi hampir tidak bisa dibedakan. Di film ini hubungan iklim menjadi lebih sangat jelas begitu pula dengan era industri yang membawa umat manusia ke jalan yang tidak dapat ditinggalkan pun sebaliknya.

Jika kita tidak merencanakan jalan hidup kita dengan baik dan tidak memanfaatkan waktu kita sebaik mungkin, atau mungkin memetakan kehidupan kita di jalur yang salah, mungkin kita akan mendapati diri kita seperti gambaran di ujung film Koyaanisqatsi yaitu sebuah roket yang terlihat dengan baik-baik saja, tiba-tiba meledak berkeping-keping menjadi puing-puing yang hancur dan berjatuhan menari diatas awan.

Mengingat tentang gambar perang dan kehancuran yang berulang di sepanjang film, serta ramalan Hopi yang mengerikan yang akan nanti saya berikan sebagai penutup di akhir cerita sebelum kredit berjalan, Koyaanisqatsi seperti memposisikan dirinya sebagai kisah peringatan. Kita seperti dihadapkan kepada penderitaan sistematis modernitas, seperti banyaknya tunawisma, orang-orang pekerja, pemulung, bencana alam dan perih kesakitan. Namun sebaliknya ada begitu banyak keindahan yang tak terbantahkan dan menakjubkan yang bisa kita lihat selama film berjalan.

  1. Kehidupan Gila
  2. Kehidupan yang bergejolak
  3. Hidup tanpa keseimbangan
  4. Kehidupan Hancur
  5. Keadaan kehidupan yang membutuhkan ulasan kehidupan

diakhir film kita disuguhkan dengan ramalan Hopi scene seperti yang bisa kita lihat diatas yang berartikan “Jika kita mengambil benda berharga dari bumi, kami membuka jalan untuk malapetaka.” dan pengertian yang menyeramkan lain nya. Lalu scene credit bergulir dan film pun selesai. Meninggalkan kita dengan kesunyian dan kehampaan akan dunia ini.

Sampai sudah dipenghujung kata, author pamit undur diri dari ketikan ini xixi. Goodbye❤

--

--

Sweetest Ache
Sweetest Ache

Written by Sweetest Ache

Am I a writer or just randomly put my feelings into this platform? It feels like I loved to write something amid the noise of the world.

No responses yet